SEKITAR KITA

Berawal dari Kasihan, Warga Probolinggo Menjadi Bapak untuk Ratusan Kucing Telantar

Diterbitkan

-

Memontum Probolinggo – Kucing yang merupakan hewan kesayangan Rasulullah SAW, belum sepenuhnya mendapat perhatian lebih dari manusia. Selain banyak kucing kampung (domestik=dome, red) yang disia-siakan bahkan ditindas, tidak sedikit pula kucing peliharaan seperti kucing jenis Persia, juga turut dibuang karena kondisinya yang sakit atau alasan lain.

Berawal dari kondisi keprihatinan yang kasihan dan iba itu pula, Kamsi, warga Kedawung, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo, merasa terpanggil untuk menampung dan merawat kucing-kucing terlantar itu. Meskipun, hampir kesemuanya kucing yang ‘diselamatkan, adalah kucing dome.

Baca juga:

    Dari satu hingga beberapa ekor yang ‘diselamatkan’ atau terlantar di sekitaran Kedawung, Kecamatan Leces, Kamsi pun mulai menyediakan tempat tinggal dan makanan yang layak bagi kucing-kucing tersebut. Seiring berjalannya waktu, kini kucing dome yang dirawatnya tanpa pamrih itu mencapai ratusan ekor.

    “Saya tidak merawat atau memelihara. Namun, saya kasihan sehingga saya kemudian menyelamatkan mereka (kucing, red) dari jalanan. Kucing-kucing itu, adalah kucing terlantar dan bahkan ada yang sakit. Sehingga, butuh pertolongan dan saya rawat,” ujarnya.

    Advertisement

    Ditambahkan pria yang kini menjadi ‘bapak’ bagi kucing-kucingnya itu, saat ini ada sekitar 200 lebih, kucing yang dipelihara. Kesemuanya hewan yang sering hidup berdampingan dengan manusia itu, dirinya tampung di rumah dengan luas lahan sekitar 7 X 15 meter.

    Kamsi pun bercerita, sebelum menyelamatkan kucing-kucing terlantar, dirinya bersama sang istri memang menyukai binatang. Kebetulan, mereka memelihara kucing untuk pribadi. Namun, siapa sangka dari situlah, kemudian muncul rasa iba kepada nasib kucing yang terlantar.

    Minimnya lahan yang dimiliknminya kala itu, menjadikan Kamsi, pun sulit menampung kucing-kucing yang diselamatkan. Dialrinya menyadari, tanpa lahan dan rumah yang cukup, tak mungkin baginya untuk menampung lagi kucing-kucing telantar lainnya.

    Bak gayung bersambut, sejumlah lahan miliknya difungsikan untuk merawat kucing-kucing telantar. Bahkan, hingga saat ini atau di masa pandemi Covid-19, dirinya terus berupaya untuk merawat mereka dengan baik dan tanpa bantuan orang lain.

    Advertisement

    “Saya hanya pasrah saja sama Allah. Karena untuk setiap harinya, jumlah ratusan kucing itu, butuh setidaknya uang sebesar Rp 325 ribu, untuk kebutuhan makan. Selain diberikan konsentrat, kucing-kucing itu juga kadang diberikan campuran Ikan Tongkol,” paparnya.

    Dirinya menambahkan, rata-rata kucing yang dibawanya pulang, adalah kucing telantar yang kerap dalam keadaan kekurangan gizi atau kurus. Hal ini, bisa jadi karena disebabkan minimnya kesadaran, kepedulian dan edukasi masyarakat, untuk memberikan kepedulian kepada sesama makhluk hidup ciptaan Allah, seperti juga kepada kucing.

    “Masih ada saja, kelompok masyarakat yang menendang, memukul bahkan menganiaya kucing. Padahal, tidak ada salahnya memberikan makanan meski jumlahnya sedikit. Kucing pun, mengapa harus mengais-ais makanan di tempat sampah, juga karena memiliki alasan yaitu sisa makanan yang mubazir terbuang. Saya sampai heran, dengan keegoisan manusia,” kata Kamsi.

    Masih menurut Kamsi, kucing-kucing yang ditemui di jalan, memang tidak semuanya kurus atau kurang gizi. Sebaliknya, ketika mendapati kucing bagus atau sehat, dirinya tidak memiliki minat untuk merawat.

    Advertisement

    “Kucing bagus dan sehat, juga banyak saya temui di jalan. Tapi, kondisi kucing yang seperti itu, saya biarkan. Saya hanya berharap, semoga mereka tetap seperti itu. Saya hanya ingin, manusia yang diciptakan lebih tinggi derajadnya, justru bisa lebih menyadari itu. Kepada semua bisa mengayomi, termasuk juga kepada hewan seperti kucing dan bukan justru sampai menyiksa hewan,” jelas Kamsi. (geo/sit)

    Advertisement
    Click to comment

    Tinggalkan Balasan

    Terpopuler

    Lewat ke baris perkakas